
Menata Hari dan Hati Lewat Bullet Journal (Part 1)
Penggemar Harry potter pernah melihat scene saat Prof. Dumbledore mengarahkan ujung tongkat ke pelipisnya, lalu sejenis benang (atau asap) keperakan keluar perlahan-lahan. Asap itu melayang perlahan hingga kemudian masuk ke dalam pinggan yang bernama ‘Pensive‘. Benang keperakan itu digambarkan sebagai memori atau ingatan Dumbledore, dan Pensive adalah wadah untuk ‘menyimpan’ memori agar ruang memori di otak Dumbledore tidak terlalu penuh. Bagiku, pensive berfungsi seperti bullet journal atau diary versi magic.
Sebagian dari kita juga punya ‘pensive’, dan kegiatan menarik benang perak itulah yang saya sebut seperti kegiatan journaling. Secara harfiah, journaling ya artinya kegiatan menulis jurnal. Namun jurnal disini tentunya bukan seperti karya tulis ilmiah para doktor ya, melainkan lebih kepada diary atau catatan harian.
Berawal dari ketidaksengajaan ketika saya mengikuti akun seorang ilustrator di IG, dan si pemilik akun senang menggambar karakternya di buku catatan harian. Karena yang saya ikuti kebanyakan akun orang Korea dan Jepang, saya jadi kesulitan untuk baca tulisan-tulisan di sisi gambar. Fokus utama saya tetep ke gambar doodlenya ya kala itu. Ketertarikan ini mungkin karena gambar dan ornamennya lucu-lucu dan aesthetic. Dari satu akun, ke akun lainnya, sampai saya memfollow hastag #bulletjournal. Hingga kemudian saya mulai menemukan akun orang-orang Indonesia yang juga tidak kalah estetik. Mereka menggunakan jurnal untuk menulis ringkasan pelajaran, kegiatan harian, rencana keuangan, tracking ibadah harian, atau sekedar kutipan-kutipan menarik seperti yang saya lakukan di journal saya sebelumnya.
Apa Sih Fungsi Bullet Journal?
Sebenarnya kalau menurut saya ya untuk mencatat apa saja yang kita rasa perlu untuk dicatat. Entah jadwal maupun unek-unek. Buat apa? Nah ini dia yang kemudian saya baru tahu bahwa bullet journal ngga sekedar buat lucu-lucuan atau membuat to-do-list saja, setelah saya mengikuti kelas bullet journal yang diadakan oleh rumah hujan.
Kelas Bullet Journaling yang saya ikuti ini sudah memasuki batch ke-3. Kelas nya berbayar Rp. 125.000,-, untuk 4 pertemuan. Di batch kali ini, kelas diampu oleh 3 mentor, Teh Ismi, Teh Shinta, dan Teh Peppy. Per sesi berjalan selama kurang lebih 2 jam. Saya si penikmat gratisan sampai mau bayar kelas ya karena saking niatnya saya mau menata diri. Duh terkesan berantakan banget hidup saya ya, hahaha…
Saya pikir, saya adalah orang yang banyak mau, dan 24 jam sehari rasanya ngga cukup. Makanya saya perlu tahu bagaimana me-manage 24 jam ini untuk bisa menjadi guru, juru masak, blogger, ilustrator, tukang antar jemput, layanan bebersih rumah, dan masih punya waktu buat menikmati teh sambil scrolling sosial media.
Siapa sangka jika ternyata journaling ini bisa menata hal yang lebih luas lagi. Tidak hanya sekedar untuk kegiatan harian, melainkan juga bisa untuk mengontrol emosi. Kok bisa? Bisa dong, karena terkadang disadari atau tidak, luapan emosi kita terjadi salah satunya karena pikiran kita penuh. Penuh dengan rencana, keinginan, maupun masalah. Seperti Prof. Dumbledore tadi yang ‘memindahkan’ pikiran-pikirannya ke dalam pensive agar otaknya punya cukup ruang untuk memikirkan hal yang baru. Bahkan ada kalanya journaling juga bisa berfungsi untuk salah satu alternatif healing.
Mengapa Kita Butuh Bullet Journal?
Sebelum bahas ini, saya mau bilang bahwa ngga semua orang merasa butuh journaling, tapi bisa jadi mereka sudah melakukan kegiatan journaling secara tidak langsung. Seperti misalnya para ‘Sultan’ atau aktris yang sudah punya asisten atau manager. Si aktris mungkin ngga butuh nulis jurnal karena semua sudah dilakukan oleh asistennya. Asisten atau managernya bisa seperti ‘journal’ hidup buat si aktris. Atau contoh lain, orang-orang di desa yang kegiatan hariannya bertani. Jangankan menulis jurnal, bisa jadi sebagian ada juga yang tidak memiliki buku catatan apapun di rumahnya. Namun, kegiatan hariannya sudah terpola, jam berapa dia bangun, jam berapa musti pergi ke sawah, bibit apa yang akan mereka tanam di cuaca kali ini, kapan musim panen tiba, dll. Pola ini terbentuk dari bullet-bullet yang mereka rangkai di pikiran dan jadi kebiasaan yang otomatis setelah hal itu dilakukan terus menerus dalam kurun waktu tertentu.
Contoh di atas hanya sekedar untuk menakar apakah kita butuh journal atau sudah cukup nyaman dengan jadwal kegiatan kita sehari-hari. Kalau saya, terus terang mengikuti kelas jurnal dari Rumah Hujan ini karena ada sesi bersama psikolog-nya. Sesi ini akan membahas korelasi antara melakukan journaling dengan mindfulness. Tapi ini akan saya ceritakan di postingan selanjutnya (InsyaAllah)
Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, bahwa peran saya sebagai ibu dan juga freelancer, terkadang membuat saya keteteran menyeimbangkan kerjaan domestik dan deadline dari klien. Jadi buat saya pribadi, fungsi bullet jurnal ini ya untuk mengatur itu semua, tanpa stress dan tetep punya waktu untuk diri sendiri. Menulis jurnal juga bisa membuat saya latihan bikin doodle gambar, atau mewarnai, ini juga jadi bagian yang menyenangkan.
Bagaimana Membuat Bullet Journal?
Pada dasarnya, bullet journal adalah to do list – in the next level. Kalau yang bisanya to do list saya isinya:
- ngepel teras
- masak
- nyuci baju
- jemput anak
- siapin sarapan
- revisi cover
- dll.
Di bullet journal saya sekarang sudah lebih tertata. Saya mengatur pekerjaan rumah tangga sesuai skala prioritas dan waktu. Karena saya ibu rumah tangga merangkap freelancer, saya membuat 2 kotak to do list setiap harinya. Satu untuk pekerjaan, satu untuk kegiatan domestik. Termasuk menemani anak-anak bermain atau belajar yang saya masukkan ke dalam kotak pekerjaan rumah tangga.
Contoh list yang saya tulis tadi, kemudian bisa berubah menjadi:

Ini sekedar contoh tentang bagaimana saya mengatur pekerjaan rumah tangga dan kerjaan freelance dengan lebih teratur. Misalnya di point cuci baju – ngepel, pada point itu saya pikir saya bisa melakukan 2 pekerjaan bersama-sama karena mencuci dilakukan di mesin cuci yang bisa ditinggal-tinggal. Ngepel teras juga tidak melakukan waktu banyak, sehingga setelah itu saya langsung masak, dengan asumsi ketika saya selesai masak, cucian selesai. Berlanjut ke kegiatan berikutnya dan seterusnya. Kalau ditulis begini, kita bisa melihat mana saja kegiatan yang bisa dilakukan bersamaan, dan mana yang hanya bisa 1 pekerjaan di satu waktu.
Kotak di sebelah kiri berisi daftar kerjaan yang bisa saya lakukan perhari. Ini bisa fleksibel waktunya, mengikuti kapan ada slot waktu kosong.
Kegiatan Harian Lebih Mudah Diatur dengan Bullet Journal
Membuat bullet journaling tidak ada patokan khusus. Setiap bullet journal satu dan lainnya punya keunikan sendiri-sendiri tergantung apa yang dikerjakan, bagaimana pola hidupnya, dan siapa saja yang terlibat dalam kegiatannya. Namun idealnya, bullet journal memiliki log-log yang akan kita gunakan untuk mengisi rencana kita. Bisa log tahunan, bulanan, mingguan, harian, bahkan jam. Ini bisa kita pergukana semuanya, atau sebagian. Untuk saya pribadi, saya membuat log bulanan, untuk mencatat kegiatan atau reminder di bulan tersebut, dan log mingguan yang isinya 7 hari dengan dibagi 2 box, seperti gambar di bawah ini.

Saya sudah pernah mencoba menggukan yang versi harian dengan jam-jam yang saklek, misalnya jam 7-8 anter anak sekolah, jam 8-9 nyuci, dan seterusnya. Ternyata ini ngga cocok buat saya. Sekali ada yang mundur malah jadi kacau dan makin riweh di otak saya. Jadi balik lagi ya, semua sesuai dengan kenyamanan masing-masing orang.
Selain to-do-list, kita juga bisa menambahkan log-log untuk tracking habit. Misalnya sleep tracker, untuk melihat apakah kita cukup tidur, water tracker untuk mengingatkan kita minum air putih yang cukup, jogging, reading Qur’an, dan lain-lain sesuai dengan target perbaikan yang ingin kita capai.
Tips : Lakukan journaling ini di malam hari sebelum tidur. Malam waktu yang cukup tenang untuk mengevaluasi kegiatan hari ini, dan punya cukup waktu untuk menulis kegiatan esok hari.
Segini dulu deh ya tulisan kali ini. Lanjut ke postingan selanjutanya ya yang insyaAllah akan membahas manfaat journal dan kolelasinya dengan mengontrol emosi.
See you around, folks.

Persiapan Menjelang Ramadhan
Anda Mungkin Suka Juga

Menata Hari dan Hati Lewat Bullet Journal (Part 2)
Maret 22, 2022
Tunik Bikin Gaya Makin Ciamik
Mei 17, 2019
54 Komentar
sarahjalan_
Salut saya dengan orang yang bisa buat jurnal dan bisa melaksanakannya, setidaknya kegiatan yang dilakukan terkendali, kalopun ada yang kelewat setidaknya ada hal lain yang tetap bisa dilaksanakan sesuai listnya 🙂
Elin
it’s ok kok mba kalopun ada yang kelewat atau blm mampu diselesaikan di hari tu,bisa didelegasikan ke hari lain atau orang lain. sambil mengukur kemampuan diri juga
Dirmanto.web.id
Wah keren, euy! mengisi journal dengan to-do-list blogwalking, jadi ngebantu banget ya bullet journal ini. Karena setiap saat bisa jadi menjadi momen berharga!
Elin
nah betul itu kang, bisa dibuat refleksi diri
ayahugi
Kalau dengan bullet journal kita bisa switch waktu ya, Bun. tapi tetap terselesaikan di hari itu ya? Kecuali memang yang time to show seperti jemput anak , webinar, ga bisa diswitch. Asik bisa ikutan kelas ini, apalagi murah investasinya
Elin
bisa juga di switch, karena sifatnya memang fleksibel, yang penting target kita hari itu diusahakan ada progressnya
Raja Lubis
Walau mungkin namanya bukan bullet journal, tapi saya juga terbiasa melakukan to do list setiap harinya. Dan ditunggu part selanjutnya ya, bagaimana journal ber-relasi dengan emosi.
Elin
iya kak itu juga kind of bullet journal juga.
Hafif Rahman
selalu kagum dengan blogger yang share berbagai tips dan share kehidupan di blognya. inspiratif!
Elin
semoga ada manfaat yang bisa dimabil ya kak
Ratna K
Dulu saya hobi belanja journal, awal2 rajin ngisi lama2 lupa dan terbengkalai. Tapi tips rutin mengisi tiap malam boleh dicoba juga ya!
Elin
betul mba, kalo saya waktu malam itu yang paling cocok buat self reflection
Yola widya
Aku harus coba cara ini kayaknya, biar otaknya ga mumet dan lebih terartur jalanin kegiatan
Elin
hahahah, hayuk mba dicoba,lumayan lho buat menata hari
Dian
samaan niihh, saya juga hobi journaling! ga hanya ngelist apa-apa yang harus dilakuin di hari itu, tapi juga bikin mind-mapping kalo pikiran lagi ruwet.
biasanya kalo lagi strict, tiap rencana aktivitas di satu hari saya batasi durasinya biar kepegang semua 😂😂
Elin
iiih toss dulu atuuh, hehehhe.. iya betul mba setuju, kita bisa batasi waktu buat kerjaan yang kayanya never ending story
Fenni Bungsu
Kalau gak dituangkan memang jadinya seperti menumpuk di pikiran ya.
Maka perlunya di buat to do list, biar lebih tertata, “aku harus melakukan apa”
Elin
iyaps betul mba fenny, biar ngga penuh
Nurul Sufitri
Duluuuu banget aku sempat menulis bullet journal seperti ini mbak. Di kertas kotak2 lembaran gitu atau di buku khusus mirip diary. Memang cukup efektif to do list nya karena bikin kita semakin disiplin melakukan aktivitas. Tapi kini sudah malas kayaknya huahahahah 😀 Thanks haringnya nih kita jadi semangat kepengen nulis bullet journal lagi 🙂
Elin
yang penting tetep semangat mba buat menjalani kegiatan sehari-hari,dengan atau tanpa to-do-list
Rina Darma
Mbak, menarik sekali. Aku juga suka pakai bullet journal gini. Tapi ternyata memang ada kelasnya ya… Jd pingin ikutan juga hehe…
Elin
iya ada mba Rina, karena membahas lebih deep lagi soal journaling
Nita Juwithafina
Aku juga tipe yang suka nulis seperti ini sehari2..
Awalnya pakai jam tapi lama2 ga bisa strict akhirnya cuma list nya, tujuannya agar tidak ketinggalan 🙂
Elin
aku pun ngga bisa mba kalo pake yang jam-jam-an
Listiorini Ajeng Purvashti
Aku pernah bikin kaya gini, dan dasar emang aku nggak telaten, jadi nggak diterusin. Malah lupa kalau bikin bullet journaling to do list. Baca ini, malah pengen buat lagi~
Elin
musti ada alasan kuat memang mba ketika kita mau nge bu-jo
Ayu Natih Widhiarini
Aku juga sering melakukan journaling untuk mengetahui to do list yang mesti aku kerjakan. Journal ini membantu banget untuk kita bisa nentuin skala prioritas.
Tapi masalahnya aku kurang konsisten journaling setiap harinya nih, sering kelupaan. Kayaknya buku journalnya harus di taruh di deket skincare deh, jadi sblum tidur bisa skincare’an dan journaling juga
Elin
hahahah good idea kak natih, jadi sambil nunggu masker kering bisa sambil journaling
Ulfah Aulia
Walau aku dulu suka banget nulis jurnaling sehari2 gini, tapi skrg entah curhat atau tulisan apapun ttg kegiatan sehari2 aku curahkan di noted hp jadi bisa sekalian buat refleksi diri bagiku
Elin
itu pun lumayan ok lho mba buat meringankan pikiran ya
Ira Hamid
membuat jadwal di bullet journal ini membantu kita lebih disiplin yaa. Jadi pengen coba bikin juga biar hidu jadi lebih terarah
Elin
yuk dicoba mba, siapa tau ada manfaat tambahannya
Dila
Saya dulu karyawan yang bisa dibilang budaya/cara kerja di dalam perusahaan membuat kegiatan saya menjadi teratur. Tapi setelah menjadi freelacer, saya juga merasa kehidupan ini sangat free tapi kekurangan waktu. Udah niat bikin bullet jurnal kayak di aplikasi notion, tapi masih belum kesampean. Semoga bisa segera membuat bullet jurnal supaya bisa menata hari dan hati.
Elin
iya bisa juga mba jpurnaling lewat aplikasi, balik lagi semua musti sesuai sama kenyamanan kita
Antin Aprianti
Kayanya aku perlu bullet journaling juga nih biar bisa memanage waktu juga, biar ga kebanyakan gogoleran sambil scrolling sosmed
Weny Dyah M
Aku juga suka bikin to do list daily & weekly tp sepertinya butuh masukan dari mbak elin nih gmn supaya bullet jurnalnya look good & ga membosankan.
Elin
hahaha.. yang paling penting kebermanfaatannya aja dulu mba. kalo mau bikin bagus mah tinggal dikasih spidol dan sticker udah jadi bagus
Elin
biar bisa gegoleran sambil scrolling dengan lega karena tau bahwa tugasnya udah selesai, hiihihi
Ping Balik:
Lintang
Selalu terpana dengan temen-temen yang rajin nge-BuJo. Soalnya aku ngga serapih ini bisa bikin list-nya. Tapi emang ngebantu banget yah kalau udah punya to-do-list kek gini.
Elin
buat saya ini lumayan ngebantu mba
Dian
Wah, seru nih. Jadi pengen ikutan kelasnya juga.
Elin
hayuuuk ah ikutan kelas journaling yank
Dedew
Iya journaling ini benar-benar refreshing otak ya jadi lebih segar, semacam mind map ngga ya Mbak..Aku baru sebatas bikin to do list harian dan bahagia banget kalau berhasil mencentang satu kegiatan..
Elin
iya mba, kalo udah centang tuh rasanya legaaa
Nanik K
Mbak, saya pingin tahu bagaimana cara merancang log-log jurnal ini?
Jujur hidup saya pun juah dari kata”tertata” hingga hari ini.
Apalagi kalo sudah kena datelinekantor dan dateline blog, rumah jadi berantakan, huhu.
Untung pak suami bukan tipe pemarah sih, hehe.
Elin
biasanya log bulanan bisa diisi dengan rencana yang sudah kliatan, misal ulang tahun, event tertentu. Sementara yang paling krusial biasanya log mingguan atau kalo buat pekerja kantoran bisa pake log harian mba, karena kegiatan dikantor plus dirumah akan jadi padat jadwalnya. mba bisa membayangkan apa saja rencana mba di esok hari, kemudian menyusun di journal sesuai prioritasnya
Ardi Kafha
Memang tidak semua orang butuh journaling, apalagi yang sudah punya kerja rutin alias karir profesional. Namun, sebagai yang serabutan macam saya, journaling ini perlu, penting malah. Bahkan anak saya, sudah saya kasih tugas untuk selalu menjurnalkan apa-apa saja yang sedang dan telah dikerjakan. BTW thanks ya, ulasan apik
Elin
keren mas sudah mengenalkan journaling ke anak-anak. anak saya juga lagi penasaran pengen ikutan nge-journal
Roswita Puji Lestari
Wuihh oke juga ide bullet journal ini, aku orangnya agak berantakan gak tersusun kerjaan yang mau dikerjain soalnya. Makasih mba sharingnya..
Elin
nah bisa tuh mba mulai journaling
Fachrur
Keren juga yaa konsep membuat bullet journal, sedangkan saya masih bingung untuk membuat time schedule seperti itu
Elin
sebenarnya ini hanya sekedar mendata rencana kita dan mengurutkan sesuai prioritas saja mas 😀
Ping Balik: