
Menata Hari dan Hati Lewat Bullet Journal (Part 2)
Hari hujan ketika saya menulis ini. Meneruskan tulisan tentang bullet journal yang saya post di minggu lalu. Hampir satu bulan saya rutin menulis kegiatan harian saya di buku journal catatan harian. Bagaimana efeknya? Apakah kemudian saya berubah jadi manusia super teratur? Belum tentu doooong hahahaha.. Tapi setidaknya yang saya rasakan, pikiran saya tidak terlalu penuh, dan saya bisa menyelesaikan lebih banyak pekerjaan dari sebelumnya.
Nah ini lah yang mau saya share sekarang. Bagaimana pengaruh bullet journal, yang awalnya hanya untuk menata hari, ternyata juga bisa menata hati dan mood.
Bagaimana Bullet Journal Bekerja?
Menata. Siapa yang menata? Kita sendiri. Bullet journal hanya media agar kita bisa melihat apa saja yang ada dipikiran kita. Dengan menuliskan serangkaian kegiatan hari ini, dan kita kerjakan itu satu-persatu (atau per-dua), kita bisa lebih fokus. Contohnya begini, dulu, ketika saya sedang menyapu halaman, saya sibuk memikirkan apa yang akan saya masak untuk makan siang, atau memikirkan cucian yang masih mengendap di keranjang baju kotor. Akibatnya, saya jadi tergesa-gesa menyapu, lalu sibuk memasukkan cucian, dengan pikiran yang masih dipenuhi ‘masak apa hari ini’, dan atau ‘kerjaan apa yang akan saya lakukan di depan laptop’.
Berbeda dengan sekarang, setelah saya menulis to-do-list pada malam sebelumnya, saya tau bahwa ketika bangun pagi, lalu mengerjakan kegiatan rutin pagi – dari sholat subuh hingga anak-anak sekolah-, maka yang pertama kali saya lakukan adalah memasukkan baju ke mesin cuci. Karena saya tahu bahwa penting melakukan ini paling awal, agar cucian bisa segera kebagian sinar matahari. Saat saya melakukan pekerjaan ini, otak saya tidak perlu memikirkan pekerjaan selanjutnya, semua sudah saya tulis dan saya rencanakan, sehingga saya bisa fokus di pekerjaan yang sedang saya lakukan. Ini namanya mindfulness, hadir utuh penuh, se-remeh apapun kegiatan yang sedang kita lakukan.
Apa Saja yang Bisa Kita Tulis di Bullet Journal?
To-do-list tentunya. Tapi coba kita liat apa yang bisa kita tulis lagi. Sebagai seorang ibu rumah tangga, saya akan menambahkan food preparation untuk 1 minggu di salah satu halaman jurnal saya. Jadi misal ketika saya membeli seraup buncis di awal minggu, saya akan membaginya ke beberapa food container. Hari senin, buncis akan dicampur dengan wortel, kubis, dan cacahan ayam untuk jadi sop ayam. Hari Selasa saya bisa membuat orak-arik buncis untuk sarapan, dan hari Rabu saya berencana mencampurkan buncis dengan daging untuk dimasak asem-asem.
Membuat perencanaan menu, selain menghemat pikiran, ternyata juga bisa menghemat waktu dan dana. Dulu saat saya belum membuat perencanaan memasak, saya membeli buncis hari ini karena fokus mau masak sop saja. Sementara besok hari, saya membeli masakan lain, dan lain lagi. Buncis yang tersisa kemudian busuk karena sudah terlalu lama disimpan.
Selain food preparation, seperti yang saya sedikit bahas di tulisan lalu, bahwa kita bisa menulis perencanaan keuangan atau habit tracker juga. Dengan menggunakan catatan, kita bisa lebih mudah melihat pencapaian kita atas kebiasaan baik yang sedang kita upayakan.
Kita juga bisa menulis goals atau tujuan kita. Misal saya ingin menerbitkan buku sendiri saat saya berulang tahun. Masih ada waktu beberapa bulan lagi, maka yang saya lakukan adalah, setiap hari saya harus punya waktu untuk menulis draftnya, minimal 2 jam, atau 10 halaman, menyesuaikan dengan target dan kemampuan kita.

“Saya dulu pernah buat bullet journal juga tapi sepertinya tidak berpengaruh apa-apa”, kata seorang teman saya.
Agar Bullet Journal Bisa Berfungsi Efektif
Biasanya hal yang membuat kita berhenti menulis journal adalah karena merasa bosan atau merasa hal tersebut tidak efektif dan efisien. Menurut Teh Ismi di kelas Rumah Hujan, sebelum memutuskan untuk menulis journal, kita musti punya alasan yang kuat mengapa kita ingin dan butuh bullet journal.
Lalu soal waktu menulis. Tips saya pada tulisan sebelumnya yaitu saya memilih malam hari dengan pertimbangan itulah waktu saya merasa cukup tenang. Teman lain memutuskan untuk menulis di pagi hari sambil menyeruput kopinya. Boleh-boleh saja tentunya, karena masing-masing dari kita punya waktu ‘on’-nya sendiri-sendiri.
Saya punya waktu on setelah ashar sampai malam. Sementara di siang hari menjadi jam ‘redup’ bagi saya, sehingga ketika saya memaksakan diri untuk mengerjakan pekerjaan freelance di jam-jam 2 siang, berkemungkinan bisa cepat lelah atau sering salah.
Tips: Kenali waktu-waktu kita memiliki energi penuh, dan optimalkan waktu itu dengan kegiatan yang produktif.
Dengan menempatkan pekerjaan di waktu yang optimal, kemungkinan hal itu terlaksana akan lebih besar. Saat kita merasa pekerjaan yang kita targetkan tuntas semua di hari itu, ada rasa puas yang menyertai. Kita bisa memberi tanda check mark atau mencoret point yang sudah selesai. Percayalah, ini rasanya seperti membuang beban satu persatu.
Bagaimana Jika Rencana Tidak Sesuai Ekspektasi?
Tujuan awal membuat journal kan untuk menata hari, yang kemudian berbonus menata hati, jadi jangan sampai journal ini malah membuat stress karena rencana-rencana yang belum sesuai target. Disinilah kita perlu mengenal diri lebih dalam. Lihat seberapa besar impian atau rencana kita, lalu pahami seberapa kuat diri ini berprogres.
Misal seperti contoh goals saya di atas, menerbitkan buku. Rencana awal 10 halaman/hari ternyata membuat pekerjaan lain keteteran. Ok, kita sesuaikan jadi 2 halaman/hari. Oh ternyata ini terlalu loose, kalau begini buku saya tidak akan bisa terbit saat saya ulang tahun. Berarti saya ambil tengah-tengah yaitu 5-6 halaman/hari, lalu kunci keputusan ini dengan sebuah komitmen. Artinya, jika hari ini kurang dari 5 halaman, maka besok bisa kita tambahkan kekurangannya. Dan ketika kita menambah list atau waktu, maka pekerjaan lain bisa ikut menyesuaikan.
Pada lain hari, di suatu akhir pekan misalnya, ketika kita sudah merencanakan untuk menyetrika pakaian yang menggunung. Namun ternyata anak-anak minta ditemani lebih lama, atau tetangga ada yang minta bantuan masak, atau tiba-tiba ada saudara yang datang bertamu. Wah rencana menyetrika gagal, padahal seragam harus sudah siap di hari senin. Maka kita bisa mendelegasikan ini ke orang lain, karena bisa jadi setrikaan bila kelewat beberapa hari saja sudah beranak pinak dengan suburnya, salah-salah malah kita bisa makin stress.

Kaitan Mindfulness dengan Journaling
Pernahkah kita benar-benar menikmati teh sore di teras rumah? Merasakan getir yang terasa di akhir sesapan. Melihat sisa tetesan hujan yang jatuh di genangan kecil. Membaui aroma teh yang bercampur dengan bau tanah basah selepas hujan. Jika pernah, mungkin kita jadi salah satu orang yang paling bisa menikmati hidup dengan baik.
Tadi saya sudah singgung sedikit ya soal mindfulness ini. Hadir utuh penuh pada suatu kegiatan itu kadang jadi hal sederhana yang sulit kita lakukan. Saya mungkin tepatnya. Ini pun saat saya menulis ini, beberapa kali saya harus berhenti untuk mendengar anak sulung bercerita, menggoreng camilan buat adiknya, dan lain sebagainya. Mungkin karena saya menulis blog ini di siang hari.
Di bullet journal saya semalam, saya memang menuliskan jadwal menulis blog di siang hari, karena nanti malam saya sudah punya jadwal untuk mengikuti kelas online. Hal-hal seperti ini memang mungkin saja terjadi, apalagi jika kegiatan tersebut berkaitan dengan jadwal orang lain juga.
Balik ke to-do-list saya, kegiatan seperti menyeruput teh sore yang saya ceritakan tadi, agaknya musti sering-sering jadi prioritas. Tak harus benar-benar nge-teh ya, tapi bisa apa saja. Merawat tanaman, menikmati makan siang, bermain bersama anak, dll. Ada hal-hal yang perlu kita tuliskan di journal kita untuk dilakukan as a single tasking agar kita hadir utuh dan sadar penuh pada apa yang sedang kita lakukan. Karena dengan mindfulness ini kita bisa lebih bisa untuk mengenal diri kita, mencari tau apa yang benar-benar bisa kita nikmati, bagaimana afeksi kita terhadap diri sendiri dan orang lain yang sedang berinteraksi, dan pada akhirnya berujung di bagaimana kita menemukan potensi diri yang sebenarnya.
Duuh mulai berat ya bahasannya. Tidak seberat itu kok, intinya mah balik lagi, kalo kita rajin dan tau apa saja yang mau kita tulis di bullet journal, ini akan bisa kasih manfaat lebih dari sekedar bullet-bullet dan ornamen aesthetic semata.
Selamat menata hari, semoga hatimu pun ikut serta.
See you around, folks
Anda Mungkin Suka Juga

Persiapan Menjelang Ramadhan
Maret 13, 2022
Antara PJJ dan PTM, Mana yang Dinilai Cocok dengan Sistem Pendidikan di Indonesia?
Juni 26, 2021
42 Komentar
Ping Balik:
Bai Ruindra
Inspirasi banget kak, itulah bagaimana kita mengubah cara pikir, sudut pandang dan lain-lain untuk memenuhi kebutuhan batin yang selama ini mungkin masih tidak tertata dengan baik
Nurrahmah Widyawati
Aku juga sudah merapkan journalling dalam keseharian. To be honest bantu bgt dalam hal to do list, food prep, bahkan menguraikan keresahan juga. Jadi memang penting bgt untuk meningkatkan produktivitas & kualitas hidup dengan rutin journalling ini ^^
Elin
wah ikut seneg dengernya mba, ternyata banyak ya manfaat journaling
Listiorini Ajeng Purvashti
Aku belum bisa telaten bikin journaling kaya gini, masih mageran dan suka suka aja :(( semoga bisa coba bikin kaya gini jugaa
Elin
Betul kak, siapa tau kita bisa menemukan potensi diri yang selama ini ngga disadari
sarahjalan_
senang banget bisa membuat jurnal untuk kegiatan sehari hari, tapi sayangnya kadang rencana tinggallah rencana kalo ada hal2 mendadak yang harus didahulukan daripada rencana yang udah ditata serapi mungkin, heheh
Elin
hahaha… jangan terlalu dipikirkan kak. kita bisa atur lagi buat esok hari
Didik
Aku juga lebih nyaman menulis di malam hari. Kebetulan si kecil jg udh tidur. Jalanan depan rumah jg udh mulai sepi. Jd enak banget buat menulis.
Bs jd terapi biar ga pikun tuh plus bs dpt penghasilan dari kegiatan menulis. Healing gitu.
Elin
healing murah ya mas, menulis itu bisa kemana mana tanpa harus kemana-mana
eka fitriani larasati
dulu saya rajin nge bullet journaling tapi karena gak konsisten gak lanjut lagi. terus di colek teh peppy dari rumah hujan juga diajak bangkit lagi nerusin, tapi belum mood, hihihihi. konsistensi masih jadi PR buat saya
Elin
iya betul mba, emang harus kuat ya alesannya kata teh peppy
Pohon ketela
Menariikkkk, aku sangat terinspirasi sekaliii. Kemarin juga sempat bikin to the list and journal. Tapi mentok tuh cuma sebulan setengah. Semoga bisa lanjut dan juga lebih konsisten lagi.
Elin
bikin bullet journal yang menarik mba, dan isinya sesuai sama keseharian kita
Dedew
Akhirnya menemukan jawaban kenapa dengan journaling ini hidup dan hati terasa lebih tertata ternyata begini prosesnya ya..iya mencatat goal juga memang bikin kita lebih semangat dan fokus pada tujuan..
Ulfah Aulia
Aku jadi kepengen buat jurnal seperti ini kak. Jujur aku butuh set up waktu sendiri biar gak dikejar2 sama waktu. Kalau begitu sepertinya hari2 bakal tertata meskipun bukan sepenuhnya tercapai tapi seenggaknya jadi bahan renungan jika belum tercapai yaa kak
Elin
iya mba, gpp ngga sempurna, yang penting kita bisa liat gimana diri ini berproses
Fenni Bungsu
Banyak manfaatnya memiliki bullet journal, jadinya lebih terarah dan gak lupa, hari ini mau mengerjakan apa…tugas apa nih yang belum tuntas…
Elin
iya mba, biar ngga lieur sama tumpukan kerjaan dan mana yang mau dikerjain duluan
iidYanie
Kegiatan journaling saya masih sederhana banget nih cuman sekitaran jadwal ngeblog, pengen banget deh mindfulnes kayak gini biar gak cuman urusin cuan semata 🙂
Elin
itu pun udah lumayan membantu kan ya mba heheheh
Dyah ummu AuRa
keren banget kak, aku pribadi udah lama banget meninggalkan journal. hiks.. soalnya seringkali gak sesuai malah makin pusing. Maklum masih radaa riweh dengan 3 krucils.
Elin
aku pun ibu beranak 3 mba, tapi justru alesanku ngejournal karena riweh nya itu hihihi
Diaz Bela
Aku juga punya bullet journal, tapi nggak bisa se estetik ini kalau mau nulis-nulis. Jadi aku biasa aja gitu kayak notes biasa, haha. Kalau lihat di youtube agak envy juga ya sama yang bisa rapii banget nulisnya.
Elin
ngga papa mba ngga aesthetic, yang penting kebermanfaatannya
Ria fasha
wah rajin banget kak. aku masih belum teratur nih meskipun udah punya journal tapi kadang suka lupa ngisinya.
baca tulisan ini jadi semangat lagi mau isi journal biar terarah kerjaan nih
Elin
hayuuk mba journaling lagi
yola widya
menarik nih menulis jurnal seperti ini, saya selalu tidak konsisten melakukannya. Padahal perlu biar lebih terarah kegiatannya
Elin
memang betul kalo konsisten itu kunciannya mba
Fionaz isza
Aq dulu suka banget nulis jurnal kak, tapi setelah ribet sama anak2 akhirnya jurnalq entah kemana. Kayaknya udah waktunya aq nulis jurnal lagi
Elin
hihih.. disesuaikan aja dengan kebutuhannya mba, apakah mba masih perlu journal atau semua sudah tertata rapi di kepala
Ira Hamid
saya sudah lama ingin membuat bullet journal ini namun sampe sekarang belum terealisasi, hiks
Elin
hayuuk semangat mba mulai journaling, banyak manfaatnya lho
April Fatmasari
Saya baru kenal bullet journal nih, Mbak. Saya nyoba pake aplikasi habit tracker atau printablenya. Jadi terlihat progressnya diri sendiri.
Makasih yaa Mbak, infonya
Elin
iya itu pun bisa kok mba dikataka sejenis journal harian
Ayah Ugi
Menulis dnegan bullet journal mengahdirkan kemudahan, ya.Kak. Btw menulis malam hari lebih tenang suasananya juga enak jadi lebih mudah mencari ide.
Elin
betul ayah ugi, lebih tenang dan biasanya lebih cepat selesai karena fokus
nita juwithafina
Tiap hari juga aku selalu bikin begini, lebh detail konon katanya lebih bagus ya mba, jadi waktunya lebih efektif
bening
suka iri sama orang yang bisa nulis jurnal cantik-cantik banget deh. apalah diriku yang sense of seni-nya terbatas. jadi jurnalnya sepi gak warna warni
Nurul Sufitri
Membuat bullet journal seperti ini berkaitan dengan mindfulness ya mbak Elin. Hati lebih tenang dalam beraktivitas juga tentu bisa lebih produktif ya. Kalau jurnalnya dibuat nyeni gini mah udah self love dan healing deh hehehe. Apalagi kalau ditambah dengan gambar2 menarik wuih apik tenan, demen dibaca berulang2 tuh to do list-nya 🙂 TFS.
Aryanty Risnadewi
Kereeeen Mbak Elin sudah rutin bullet journaling, jadi bisa lebih menikmati momen bermakna sesederhana apapun itu. Kalau jurnal saya isinya to do list ibu sebagai aneka ria “profesi” hihihi. 🤠Yang dominan tentang apa aktivitas anak-anak setiap hari karena mereka “unschooling”. Bahkan supaya bisa aktif di dunia sendiri seperti ini harus dijadwalkan heuheu.
Roswita Puji Lestari
Terinspirasi dari mba elin aku bikin bullet journal buat kerjaan di kantor biar lebih tertata hehe…. Makasih loh mba , kamu sangat menginspirasi…